Jumaadi dan The Shadow Factory menghadirkan kembali pertunjukan wayang inovatif yang jenaka, mengusik, namun terasa akrab dengan kehidupan masa kini. Melalui perpaduan seni visual, musik, dan puisi mengajak para pengunjung merasakan keindahan yang syahdu setelah melihat bagaimana seni mendorong untuk bertahan hidup.
Jumaadi sendiri merupakan seorang perupa multidisipliner yang lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, dan pindah ke Sydney, Australia tahun 1997 untuk belajar di National Art School. Jumaadi sekaligus merupakan salah satu dari pendiri The Shadow Factory, sebuah kolektif perupa dan musik bersama Ndimas Narko Utomo, Zalfa Robby, Purwita Chirnicalia, dan Satria Bela Insani.
“Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang dalah sebuah kisah tentang bertahan hidup. Bagaimana seni dan keindahan menjadi penting bagi umat manusia. Pengunjung akan menyaksikan kisah akan migrasi dan perpindahan. Gagasan-gagasan tentang keindahan dalam ketangguhan, menemukan keberanian, dan kebebasan berekspresi,” ujar Jumaadi.
Selama 1,5 tahun, Jumaadi bersama The Shadow Factory mengembangkan proyek ini dengan menata ulang wayang, mengeksplorasi medium kertas, cerita, dan musik, yang kemudian disajikan langsung dalam pertujukan skala besar pada pembukaan Voice Against Reason di Museum MACAN.
Quoted From Many Source