Berikut beberapa hambatan yang sering dihadapi wanita dalam memperjuangkan budaya literasi:
Kemiskinan
Menurut World Bank, kemiskinan adalah faktor terpenting yang menentukan apakah seorang wanita dapat mengakses pendidikan atau tidak. Bukan hanya untuk biaya sekolah, tetapi sulit bagi keluarga miskin untuk membayar transportasi, seragam, atau buku pelajaran. Jika keluarga tidak mampu membiayai sekolah, kemungkinan besar mereka akan menyekolahkan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Pernikahan anak
Orangtua membiarkan anak perempuannya menikah di bawah umur karena berbagai alasan. Pernikahan muda ini dapat menyebabkan putusnya pendidikan. Selain itu, pernikahan muda bisa membawa wanita mengalami kehamilan dini, kekurangan gizi, kekerasan dalam rumah tangga, dan komplikasi kehamilan. Sulit bagi perempuan memperoleh kemandirian finansial tanpa pendidikan.
Pekerjaan rumah tangga
Stigma masyarakat bahwa wanita harus mengurus rumah tangga menyebabkan kurangnya kemampuan literasi dan pendidikan wanita karena terlalu sibuk mengatur rumah tangga. Di seluruh dunia, wanita menghabiskan 40 persen lebih banyak waktu untuk melakukan pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar dibandingkan pria.
Kekerasan berbasis gender
Kekerasan berbasis gender dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk kekerasan fisik dan seksual, pelecehan, dan intimidasi. Bertahannya pemerkosaan, pemaksaan, diskriminasi, dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya berdampak pada partisipasi anak perempuan, menurunkan partisipasi dan prestasi mereka, serta meningkatkan angka putus sekolah.
Penulis: Maritza Samira
#BreakingBoundariesSeptember
Quoted From Many Source